Bangunan Kantor Kelurahan

 

Tingkat Kesejahteraan Keluarga

Kualitas Tenaga Kerja

Usia Tenaga Kerja

Usia Pendidikan

Status Gizi Balita

Cakupan Imunisasi

Akseptor KB

Rekapitulasi Mutasi Penduduk

Rekap Penduduk Berdasarkan Kewarganegaraan

Rekap Penduduk Berdasarkan Etnis

Rekap Penduduk Berdasarkan Status Pernikahan

Rekap Penduduk Berdasarkan Golongan Darah

Rekap Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

Rekap Penduduk Berdasarkan Agama

Rekap Penduduk Berdasarkan Pendidikan

Rekap Penduduk Berdasarkan Usia

Rekap Penduduk Berdasarkan Wilayah

Wilayah Desa

Daftar Aparat

Sejarah Singkat Kelurahan Benoa

Berbicara mengenai sejarah singkat Kelurahan Benoa kita tidak boleh lepas dari mata rantai tumbuhnya Kelurahan-Kelurahan seperti ; Kampial, Bualu, Peminge. Ditinjau secara umum tentang pertumbuhan dan perkembangan ketiga Kelurahan yang tersebut di atas berdasarkan lontar/cerita-cerita yang sampai kini masih terbukti kenyataannya adalah sebagai berikut :

1.  ASAL USUL DESA KAMPIAL
Pada mulanya Desa tersebut diberi nama Desa Kampial. Lokasi tersebut merupakan tanah perbukitan yang banyak ditumbuhi oleh pohon-pohon yang tinggi/tanaman keras disertai dataran yang tandus. Kira-kira pada abad ke 15 semasih pemerintahan Kerajaan Bali, yaitu Kerajaan Badung di Denpasar dan Kerajaan Mengwi, ada seorang pria bernama Ki Dukuh Ampial. Beliau ini berani sekali memasuki hutan pegunungan dan terus bertempat tinggal di suatu tempat. Ki Dukuh Ampial setiap harinya mempunyai pekerjaan berladang, di samping itu beliau juga senang merabas hutan yang akhirnya berhasil membangun sebuah Pura dan hingga kini disungsung dan diberi nama “Pura Dukuh Ampial”. Selanjutnya mulai saat itu juga terjadinya perkembangan penduduk dimana penduduk tersebut menyebut dirinya dengan Desa Ampial, yang kemudian menjadi Desa KEAMPIAL dan karena pengaruh perubahan ucapan akhirnya menjadi KAMPIAL.

2.  ASAL USUL DESA BUALU
Daerah Bualu terdiri dari tanah daratan pinggir/tepi pantai yang masih ditumbuhi rumput laut, misalnya “Lamun” (bahasa Bali) dan dua buah pulau kecil di tengah laut yang kini lebih dikenal dengan sebutan “Nusa Dua”. Menurut lontar Kebo Iwa yang tersimpan dalam gedung Kertiya Singaraja, Kebo Iwa sendiri merencanakan membendung laut pulau serangan dengan daratan Tanjung Benoa dengan tujuan merubah hutan bakau menjadi sawah. Mula-mula Kebo Iwa menambil gundukan Batu Bukit yang diambil dari Desa Sawangan dan Desa Kampial kemudian dipikul dengan kayu kelor, diikat dengan tali dari pohon paspasan (bahasa Bali). Tiba-tiba patahlah batang kayu yang dipakai memikul dan kemudian gundukan tersebut jatuh pada letak pulau kecil itu sekarang. Karena kekuatan batin Kebo Iwa, gundukan bukit itu, dikutuk (dipastu) akhirnya kedua gundukan itu menjadi Pulau Nusa Dua sekarang. Dengan gagalnya usaha Kebo Iwa ini, beliau berusaha lagi memebendung laut pulau serangan dengan memakai tanah biasa. Sebelum Kebo Iwa sampai di Tanjung Benoa, jatuhlah tanah-tanah yang dipikulnya di daerah “Terura” yang sekarang disebut Terora. Lebih lanjut dataran tanah Desa Bualu yang sekarang dari tanah kerikil dan sampah dihanyutkan air pada musim penghujan yang datangnya dari pegunungan Kampial akhirnya mengendap selama beratus tahun maka timbullah pepohonan, semak belukar dll. Manusia yang pertama kali menginjakkan kakinya di dataran Kelurahan Bualu bernama Dukuh Lamun, yang melalui jalan semak belukar yang mempunyai kaitan erat dengan nama “Bualu” yang mempunyai arti sebagai berikut :
  • Bu artinya tanah (bumi)
  • A artinya asal
  • Lu artinya Luhu (sampah/kotoran)

Jadi Bualu berasal dari tanah/sampah yang mengendap di pinggir pantai. 
Perkembangan penduduk Desa Bualu yang ada sekarang bersumber dari keturunan Dukuh Lamun. Sampai saat ini masih dapat dibuktikan dengan adanya Pura di dekat Nusa Dua yang bernam Pura Dukuh Lamun.

Mengenai tanah yang berasal dari endapan di Bualu dapat dibuktikan dengan penggalian tanah tiga sampai empat meter maka akan diketemukan pasir dan karang laut. Sebagian besar penduduk Kelurahan Bualu berasal dari Kelurahan Kampial dengan bukti bahwa orang-orang Bualu sampai kini mempunyai Pura “Paibon/merajan/sanggah” di Kampial.

Demikian pula halnya Desa Adat Peminge yang terdiri dari Lingkungan Peminge dan Sawangan.

Dari segi pemerintahan Desa, mula-mula terbagi atas Desa Kampial, Desa Bualu dan Desa Tanjung Benoa. Kemudian pada jaman penjajahan Belanda ketika Desa itu diperkecil menjadi dua Desa, dimana Kampial digabungkan dengan Desa Bualu maka terjadilah Desa Bualu dan Desa Benoa.

Pada kurang lebih tahun 1955 untuk mewujudkan efektifitas dan efesiensi kerja serta pelaksanaan pembangunan, maka diperkecil  lagi menjadi satu Desa, yang diberi nama Desa Benoa, dan sekarang menjadi Kelurahan Benoa di Bualu.

Demikian sejarah ringkas Kelurahan Benoa ini semoga ada manfaatnya bagi yang berkepentingan.